Ruwatan, antara mistika dan logika

Ruwatan, antara mistika dan logika

Terlibat dalam pelaksanaan Ruwatan Suro Agung 2025 bersama Light Worker Nusantara (LWN) memberikan kesan tersendiri bagi saya meskipun bukanlah menjadi peserta ruwatan pada prosesinya. Awalnya, saya mengiyakan ajakan seorang teman yang ternyata juga teman dari seorang teman di lingkaran lain, dari situ saja sudah ajaib.

Bagi saya yang (merasa) logis, kegiatan ini tampak mistis. Tapi kesempatan langka ini mampu menyingkirkan judgement saya untuk benar-benar “mengalami” apapun yang saya alami ketika terlibat dalam kegiatan ini. Lagipula iman juga hal yang mistis, lalu kenapa harus merasa skeptis?

Sebagai bagian dari tim dokumentasi, saya menjadi saksi bagaimana emosi para peserta selaras dengan debur ombak pantai Pok Tunggal. Dramatis, pedih, miris, namun penuh harapan hidup. “Orang-orang hebat”, pikir saya. Karena sebagai pemerhati manusia, saya paham bahwa luapan emosi sebegitunya hanya bisa dilakukan oleh manusia yang berani mengakui kelemahan mereka, menerima segala hal yang terjadi dalam hidup mereka, dan berusaha untuk memafkan diri sendiri pada akhirnya. Gila! Saya bahkan bisa merasakan teruknya badai emosi yang terjadi pada beberapa individu ketika mereka dibimbing dalam melakukan prosesi ruwatan oleh Teh Antien, praktisi dari LWN yang saya yakin, dia pasti super duper cuapek pakai banget karena harus bertukar energi dengan manusia-manusia penuh problematika ini.

Bayangkan saja, Teh Antien membuat proses yang seharusnya bersesi-sesi jika kita berhadapan dengan psikolog, dipersingkat hanya menjadi 10 – 15 menit saja. Ini sih keduanya gila, kalau bukan karena tugas dari Sang Kreator Semesta, mungkin beliau memilih rebahan saja sembari bermain dengan keluarga di rumah. Sebuah hal yang seolah menyentil batin saya yang sudah lama pura-pura tuli.

Rintik hujan, semilir angin, gulungan ombak hingga pelangi seolah memberi tambahan energi bagi para manusia yang ingin memulai kembali. Bukan hanya mereka, tetapi juga saya. Rupanya prosesi ini tidak sepenuhnya mistis, karena Semesta mampu menjadikannya logis, meskipun energinya tidak tampak secara empiris, namun dapat terasa secara magis.

Terimakasih Semesta atas keajaiban yang ada. Saya kembali untuk mendengar bisikan hati.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *