Bolak-balik Bangkok sampai bengkok

Bolak-balik Bangkok sampai bengkok

Ya, saya adalah salah satu dari sekian banyak manusia Indonesia yang bolak balik melulu ke Bangkok, padahal banyak negara selain Thailand yang bisa di explore.

Minimal 1 Tahun sekali saya pergi mengunjungi Thailand, khususnya Kota Bangkok, entah untuk urusan pekerjaan sebagai Tour Leader, Travel Buddy, atau hanya menikmati kebebasan sementara saya di sana.

Escaping kah itu? Tepat sekali!! Tentu saja saya escape, melarikan diri dari segala beban saya yang ada di Indonesia, lalu menemukan kedamaian di sudut Kota Bangkok saat menyesap Cappuccino enak di sebuah kedai kopi kecil yang luput dari mata turis Indonesia karena tidak viral di aplikasi TikTok.

Saya ingat, pagi itu saya seharusnya menyambut serombongan tamu dari Indonesia, kemudian mendampingi mereka untuk berwisata di Bangkok dan Pattaya selama 4 hari 3 malam. Namun karena adanya gempa yang meruntuhkan sebuah bangunan di Chatuchak, agensi yang berkolaborasi dengan saya pun membatalkan tripnya, di H-7 keberangkatan, tanpa mau mendengar kondisi sebenarnya karena terlalu parno. Konflik terjadi dan kerugian cukup membuat saya sesak napas. Saya pikir saya akan kecewa mengingat kolaborasi yang sudah cukup lama. Tapi rupanya tidak. Di antara hingar-bingar jalanan Bangkok, saya bersyukur karena kolaborasi ini berakhir.

Malam itu, setelah menyantap Pad Thai di pinggir jalan dekat halte BTS Phaya Thai, saya berjalan gontai dan berbaur dengan gemerlap centralw0rld. Tapi saya hanya ingin duduk diam di depan Ganesha bersama para pendoa dan pendosa yang berkeluh kesah, meminta, berharap untuk hidupnya yang lebih baik. Di depan Ganesha yang mematung, saya tetiba menyadari bahwa sebenarnya kerikil-kerikil tajam tengah dibersihkan, agar siap menyambut keberlimpahan dan kehidupan baru yang penuh kesadaran. Nanti, setelah badai ini berlalu… Cukup tunggu dan beri waktu pada Semesta yang bekerja, mendukung, memberikan jalan, lalu mewujudkan.

Bangkok, memang selalu mampu membuat saya merasa didengar, meski oleh patung dewa yang tak bernyawa. Bangkok selalu membuat saya merasa diterima, meski oleh orang-orang asing berbahasa alien lucu. Bangkok selalu membuat saya merasa seperti pulang, karena rumah bukanlah sebuah bangunan fisik, tapi tempat dimana jiwa kita mampu berproses dengan optimal untuk menyembuhkan dirinya sendiri.

Karenanya saya selalu ingin kembali ke sana, ke tempat dimana jiwa saya merasa bebas, merasa diterima, merasa pulang. Maka saya pun ikhlas untuk selalu bolak balik ke Bangkok, bahkan sampai bengkok.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *